DRAMATURGI BAGI PESULAP

artikel ini saya ambil dari postingan om AGUST TORTOR di grup fb nya.

DRAMATURGI BAGI PESULAP

Sulap sebagai seni pertunjukan (baik Stage, parlor atau close up) lebih cenderung menginduk pada unsur-unsur seni teater atau drama, karena itu sangat lah penting seorang pesulap memahami tentang ilmu teater atau dramaturgi sebagai acuan pertunjukannya.

Keharusan mengetahui seluk-beluk tentang teknik bermain menjadi konsekuensi seorang pesulap sebagai seorang aktor dalam pertunjukannya karena seorang aktor tanpa Adanya pengetahuan drama, miskinlah keaktorannya.

Tujuan dari mengetahui pengetahuan teknik bermain drama setidaknya pesulap (aktor) Akan memepertunjukan aksi sulapnya secara baik. Yang lebih penting lagi Adalah pesulap sebagai aktor harus benar-benar mampu menghayati pemeranan yang diserahkan padanya oleh sutradara.

Dengan begitu, sekarang kita sepakati bahwa seorang pesulap haruslah memiliki pengetahuan Akan teknik main drama "Dramaturgi" atau Ajaran tentang masalah hukum dan konvensi tentang drama.

Pesulap akan lemah untuk melaksanakan ekspresinya diatas panggung, sehingga dapat dikatakan, ketidakmampuan pesulap diatas panggung dikarenakan kurangnya pengetahuan Akan dramaturgi. Saya kira memang itu salah satu penyebab yang vital.

Dramaturgi yang dimaksudkan Adalah ketentuan yang berlaku dalam bermain drama secara konvensional. Maka, pertunjukan sulap konvensional berjalan sesuai dengan teknik, tuntutan hukum drama. Misalnya saja pemunculan motivasi dan perwatakan pesulap di dalam pementasan yang begitu serius tergarap, alurnya terbina, menggoda penonton untuk bertanya-tanya kelanjutan misteri atau keajaiban sebagai Akibat yang sudah ada atau yang sedang terjadi.

Istilah Dramaturgi kental dengan pengaruh drama atau teater atau pertunjukan fiksi diatas panggung.

Dimana seorang aktor memainkan karakter manusia-manusia yang lain sehingga penonton dapat memperoleh gambaran kehidupan dari tokoh tersebut dan mampu mengikuti alur cerita dari drama yang disajikan.

Apa bila kita mengganti teater atau drama menjadi pertunjukan sulap, dramaturgi menjadi hukum pertunjukan sulap dan aktor adalah pesulap dalam tulisan saya di bawah ini, maka kita akan mendapat korelasi yang mendalam antara seni sulap dan seni teater atau drama.

Dramaturgi dari istilah teater dipopulerkan oleh Aristoteles.

Sekitar tahun 350 SM, Aristoteles, seorang filosof asal Yunani, menelurkan, Poetics, hasil pemikirannya yang sampai sekarang masih dianggap sebagai buku acuan bagi dunia teater.

Dalam Poetics, Aristoteles menjabarkan penelitiannya tentang penampilan atau drama-drama berakhir tragedi atau tragis ataupun kisah-kisah komedi.

Untuk menghasilkan Poetics Aristoteles meneliti hampir seluruh karya penulis Yunani pada masanya.

Kisah tragis merupakan obyek penelitian utamanya dan dalam Poetic juga Aristoteles menyanjung Kisah Oedipus Rex, sebagai kisah drama yang paling dapat diperhitungkan. Meskipun Aristoteles mengatakan bahwa drama merupakan bagian dari puisi, namun Aristoteles bekerja secara utuh menganalisa drama secara keseluruhan.

Bukan hanya dari segi naskahnya saja tapi juga menganalisa hubungan antara karakter dan akting, dialog, plot dan cerita. Ia memberikan contoh-contoh plot yang baik dan meneliti reaksi drama terhadap penonton.

Nilai-nilai yang dikemukakan oleh Aristoteles dalam maha karyanya ini kemudian dikenal dengan “aristotelian drama” atau drama ala aristoteles, dimana deus ex machina adalah suatu kelemahan dan dimana sebuah akting harus tersusun secara efisien. Banyak konsep kunci drama, seperti, anagnorisis dan katharsis , dibahas dalam Poetica.

Sampai sekarang “aristotelian drama” sangat terlihat aplikasinya pada tayangan-tayangan tv, buku-buku panduan perfilman dan bahkan kursus-kursus singkat perfilman (dramaturgi dasar) biasanya sangat bergantung kepada dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Aristoteles.

Frase ini berasal dari bahasa Latin yang secara bahasa berarti Tuhan keluar membantu. Hal ini menunjuk pada karakter buatan, imajiner, alat ataupun peristiwa yang tiba-tiba saja terjadi atau ada dalam sebuah pertunjukan fiksi atau drama sebagai jalan keluar dari sebuah situasi atau plot yang sulit (contohnya, tiba-tiba ada ibu peri yang muncul untuk menolong Cinderella supaya bisa datang ke pesta dansa di istana).

Aristoteles mengartikan kata ini sebagai “perubahan perilaku dari acuh menjadi butuh karena perkembangan cerita (mengetahui yang sesungguhnnya), tumbuhnya rasa cinta atau benci yang timbul antar karakter yang ditakdirkan oleh alur cerita”. Contohnya, pangeran dalam cerita Cinderella sebelum tidak peduli pada gadis-gadis yang memiliki sepatu kaca, tapi begitu ia mengetahui bahwa gadis misteriusnya memakai sepatu kaca, maka ia mencari gadis-gadis yang muat dengan sepatu kacanya.

Kata ini mengacu kepada sensasi, atau efek turut terbawanya alur cerita ke dalam hati. Perasaan ini seyogyanya muncul di hati para penonton seusai menonton drama yang mengena. (contohnya, turut menangis,tertawa, atau perasaan iba terhadap karakter drama).

H.Wahyu Sulaiman Rendra (WS Rendra) mengatakan bahwa teknik bermain peran (akting) merupakan unsur paling penting dalam seni drama bagi seorang aktor alam atau bukan. Aktor mengetahui seluk beluk teknik bermain, meskipun cara mereka mendapatkan teknik itu berbeda.

Pembinaan alur perlu Adanya kisah awal yang berkembang (development) menuju konflik-konflik. Sehingga bisa menguasai perhatian dan minat. Kesimpulannya, konflik manusia merupakan sumber pokok drama. Hal ini sesuai dengan pendapat Brander Mathews "konflik drama Adalah sumber utama drama, menyuguhkan kualitas manusia, situasi perhatian, ketegangan (exciting) bagi pendengar atau penonton."

Bahkan Ferdinand Brunetiere mengembangkan konsep dramaturgi tersebut menjadi hukum drama yang berpokok pada : Pertama, lakon harus menghidupkan pernyataan kehendak manusia menghadapi dua kekuatan yang saling beroposisi.

Untuk mencapai pengembangan konflik yg dibangun, tentunya seorang pemain drama, haruslah melakukan proses latihan rutin, memahami seni peran itu sendiri, hukum-hukum drama, masalah pemain dan sejarah drama, komposisi pentas, istilah akting (motivasi, over-akting, gesture, ekspresi, dll)

Jika seorang aktor mampu membawakan pemeranannya secara detil, itulah yg dinamakan penguasa teknik. Demikian ujar Usmar Ismail. Kemampuan dan keberhasilan inilah yg dicita-citakan setiap aktor sebagai harapan diatas panggung. Namun, Akan mendapat'balasan' atau 'pukulan' jika kebalikannya.

Dalam buku 'the first Six Lesson' Richard Bolelavski menulis Ada enam unsur seorang mampu berperan di atas panggung, yakni :

1. Konsentrasi
Adanya penguasaan diri Akan pemusatan kekuatan rohani, pikiran dan emosi

2. Ingatan Emosi
Proses mengulang segala peristiwa masa lalu, kejadian yg terlewat. Pengalaman pribadi itu dihadirkan untuk menunjang ransangan daya cipta.

3. Pembangunan Watak
Pembinaan emosi menuju klimaks untuk mengungkapkan susasana dramatis

4. Laku Dramatik
Diharapkan aktor dapat menumpahkan segenap kemampuannya.

5. Observasi atau pengamatan
Dapat dikatakan bhwa yg Ada disekeliling kehidupan ini Adalah suatu objek yg perlu diamati.

6. Irama
Adanya keteraturan yg dapat diukur oleh perubahan segala macam unsur yg terkandung dalam seni peran. Perubahan-perubahan itu dapat memberikan ransangan estetik.

Akhirnya dapat disimpulkan, bahwa dramaturgi sangat penting sebagai upaya mematangkan wawasan, inteletualitas, dan mematangkan emosi sebagai bekal di atas panggung bagi seorang pesulap.